Salafiyah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salafy (
Arab: سلفي
Salafi) adalah salah satu aliran dalam agama
Islam yang mengajarkan
syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi
Muhammad dan
para sahabat, setelah mereka dan orang-orang setelahnya.
[1]
Dalam buku yang berjudul
Ghazali And The Poetics Of Imagination, karya Ebrahim Moosa, Salafy adalah sebuah gerakan paham
politik Islamisme yang mengambil leluhur (salaf) dari patristik masa awal Islam sebagai paham dasar.
[2]
Etimologi
Kata "
Salaf" adalah kependekan dari "
Salaf al-Ṣāliḥ" (
Arab:
السلف الصالح), yang berarti "terdahulu". Dalam terminologi Islam,
secara umum digunakan untuk menunjuk kepada tiga generasi terbaik umat
muslim:
Sahabat,
Tabi'in,
Tabi'ut tabi'in. Ketiga generasi ini dianggap sebagai contoh bagaimana Islam dipraktikkan.
Awal penggunaan istilah Salafy yang muncul di dalam kitab Al-Ansab karangan
Abu Sa'd Abd al-Kareem al-Sama'ni,
yang meninggal pada tahun 1166 (562 dari kalender Islam). Di bawah
untuk masuk dalam pemikiran al-Salafi ujarnya, "Ini merupakan pemikiran
ke salaf, atau pendahulu, dan mereka mengadopsi pengajaran pemikiran
berdasarkan apa yang saya telah mendengar."
Salafy melihat tiga generasi pertama dari umat Islam, yaitu Muhammad
dan sahabat-sahabatnya, dan dua generasi berikut setelah mereka, Tabi'in
dan Taba 'at-Tabi'in, sebagai contoh bagaimana Islam harus dilakukan.
Prinsip ini berasal dari aliran Sunni, hadits (tradisi) diberikan kepada
Nabi Muhammad:
“ |
Orang-orang dari generasi
yang terbaik, maka orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian mereka
yang mengikuti kedua (yakni tiga generasi pertama dari umat Islam).
Salafy umumnya menisbatkan kepada Mahdzab Imam Ahmad Bin Hambali dan
kemudian rujukan pemikiran Ibnu Taimiyah. maka Salafy masih
dikategorikan Ahlusunnah Wal Jama'ah .[3] |
” |
Pokok ajaran dari ideologi dasar Salafi adalah bahwa Islam telah
sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad dan sahabat-sahabatnya,
oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan pada
abad nanti karena material dan pengaruh budaya. Paham ideologi Salafi
berusaha untuk menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip agama
Muhammad selama ini
[4]
Salafisme juga telah digambarkan sebagai sebuah versi sederhana dan
pengetahuan Islam, di mana penganutnya mengikuti beberapa perintah dan
praktik.
[5]
Salafy sangat berhati-hati dalam agama, apalagi urusan Aqidah dan
Fiqh. Salafy sangat berpatokan kepada Salafussholeh. Bukan hanya masalah
agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafy sangat
suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman salafussholeh seperti
memakai gamis bagi laki-laki atau memaki celana menggantung, dan juga
memakai cadar bagi beberapa wanita salafy.
Salafy juga terkadang digunakan untuk merujuk dengan paham
Wahhabi
meskipun yang kedua lebih dapat dijelaskan sebagai sub-aliran, Penganut
Salafy biasanya menolak istilah ini karena dianggap bersifat merugikan
karena mereka percaya bahwa Muhammad ibn Abd al-Wahhab tidak mendirikan
pengajaran agama baru dalam pemikiran atau penggambaran diri.
Para pengikut Salafy memperlakukan
Muhammad ibn Abd-al-Wahhab
hanya sebagai seorang pemikir besar dalam agama Islam, sebuah fakta yang
dikonfirmasikan oleh mereka menutup ketaatan kepada ajaran doktrinal.
Biasanya, penganutnya dari gerakan Salafy menjelaskan dirinya sebagai
"Muwahidin," "Ahl Hadis,"
[6] atau "Ahl at-Tauhid."
[7]
Penggunaan istilah pada masa kini
Pada zaman modern, kata Salaf memiliki dua definisi yang
kadang-kadang berbeda. Yang pertama, digunakan oleh akademisi dan
sejarawan, merujuk pada "aliran pemikiran yang muncul pada paruh kedua
abad sembilan belas sebagai reaksi atas penyebaran ide-ide dari Eropa,"
dan "orang-orang yang mencoba memurnikan kembali ajaran yang telah di
bawa Rasulullah serta menjauhi berbagai ke-bid'ah-an, khurafat, syirik
dalam agama Islam"
[8]
Penggunaan "yang cukup berbeda" kedua yang lebih disenangi oleh para
Salafy kontemporer secara sepihak, mendefinisikan seorang Salafi sebagai
Muslim yang mengikuti "perintah kitab suci ... secara literal,
tradisional" dan bukannya "penafsiran yang nampak tak berbatas" dari
"salafi" awal. Para Salafi ini melihat ke
Ibnu Taimiyah, bukan ke figur abad ke 19
Muhammad Abduh,
Jamal al-Din,
Rashid Rida.
[8]
Para Ulama yang Tergolong Salaf
Lihat pula
Pranala luar
Referensi